aah, gadis itu menangis keras sekali, wajahnya terlihat lelah, aku jadi merasa bersalah.
ibu pun sepertinya makin membelalakkan matanya, kaget melihat reaksiku, dan walaupun sedikit, aku bisa melihat sorot jijik dari matanya, sepertinya dia beranggapan tidak seharusnya aku berbuat begitu terhadap gadis asing itu. tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi.
"Giselle, kau benar benar tidak ingat siapa dia ?", kali ini entah kenapa ibuku memakai kata "ingat", bukan "mengenal". apa mungkin aku memang mengenalnya, tapi tidak bisa mengingatnya ? mungkinkah sekarang aku berada di sini karena kecelakaan yang menyebabkan aku tidak bisa mengingat siapa gadis itu ? aku tidak mengerti. setiap kali mencoba mengingat hal yang mungkin bisa kuingat kepalaku terasa sakit. sakit sekali. seperti menolakku memberikan respon yang kuharapkan.
"ibu, siapa gadis ini ?", aku mulai memberanikan diri bertanya lagi
tanpa kuduga, gadis itu malah menjauh dariku, menangis, dan menutupi wajahnya, lalu berkata
"tidak, ini salahku, tidaaaak !"
apa maksudnya coba ? aku makin bingung dibuatnya.
ibu menghampiri gadis itu dan membisikkan sesuatu padanya. yang membuatnya, yah setidaknya berhenti berteriak dan meninggalkan ruangan. di ambang pintu dia masih menoleh ke arahku. huh. aku benar benar bingung sekarang !
"tunggu sebentar di sini bisa kan ? aku akan memanggil dokter dulu ya", ibu terlihat menguasai perannya, tapi aku mengangguk saja. hanya menunggu bukan sesuatu yang berbahaya kan. lagipula, mungkin saja dokter bisa memberikan aku jawaban kenapa hal ini terjadi. semoga saja.
dokter dan ibu tiba di kamarku, kamar rumah sakitku.
"biar kuperiksa kau". dokter itu bilang sambil memasukkan stetoskop yang dingin meraba bagian dadaku.
"hmm, kau sehat nak.", ujarnya sambil tersenyum. halo dokter ? kalau aku sehat kenapa aku masih berada di sini dan kepalaku pusing ?
"bagaimana rasanya ?", dokter itu mulai lagi
"apanya ?", jawabku
"keadaanmu."
"oh, yaa. lumayan, hanya saja aku masih sedikit sakit kepala."
"oh, nanti itu juga akan sembuh." dokter itu kini menjawabnya dengan ringan sekali, seakan akan aku hanya mengidap sakit kepala biasa yang bisa disembuhkan dengan cara meminum obat yang banyak dijual di passaran. walaupun sebenarnya aku mengharapkan itulah yang sebenarnya terjadi padaku.
"dokter, aku harus bicara denganmu.", ibu tiba tiba bersuara setelah sekian menit ia berdiri kaku di sebelah sofa
"baiklah, silakan bicara.", dasar dokter aneh, tidak mengerti arti pernyataan ibuku
"tidak di sini, bisakah kita berbicara di luar ? agar pembicaraannya sedikit lebih santai.", walaupun wajah ibu tidak menunjukkan perasaan santai sama sekali. dan aku yakin ibu pasti akan membicarakan masalahku tadi. yang tidak bisa mengingat gadis itu. aah... firasatku tidak enak.
to be continued :D
Rabu, 15 April 2009
fiction story - (untitled) | part 2
Diposting oleh Rani Qurotu Aini di 07.25
Label: baca ya, cerita, karangan rani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 orang bawel:
Posting Komentar