Selasa, 12 Januari 2010

i'll never let this go | part 9

"hah ? Alice yang bertemu kita saat sedang belanja kemarin ? eh, oke, menemani Riri belanja, mungkin. kenapa bisa sampai sini ?", Rei heran melihat Alice yang tidur begitu pulasnya.

"ehem, aku... malu menceritakannya". kataku sambil (tentu saja purapura) batuk batuk

"eeeh.... ceritakan, Hana !! ayo !", pinta Rei sambil mengguncang guncang pundakku. dasar tukang gosip.

"eh, ah.. eee... itu.. bagaimana ya ?", kataku tidak yakin. yang benar saja. membicarakan hal itu sama saja membuka aibku.

"ada apa ? aku jadi makin penasaran. tentu saja ini salahmu.", katanya lagi, dengan sorot mata ingin tahu. tapi saat aku akhirnya memutuskan untuk bercerita (tentu saja dengan pertimbangan yang benar benar rumit) Alice sang putri, bangun dari tidur pulasnya. oh thank God.

"Hana ?", kata Alice sambil menggosok matanya.

"oh, hey, sudah bangun ? mau sarapan ? ada pancake, aku ambilkan ya ? pakai topping apa ?", tanyaku kegirangan.

"eh, terserah saja. lagipula aku belum terlalu lapar", tingtong. that's why tubuh Alica sangat sangat mungil, aku pasti akan sangat merasa lapar di pagi hari. yah, walaupun aku juga bukannya gendut sih.

"oke, hold on", aku pun pergi ke bawah. terserah yaa, terserah... ah terserahlah ! aku pusing pagi ini.


woohooo. finally have mood for this. LOL
its a shoort chapter but im sorry
ive taken this too long :(
thanks for reading. its still continue ;)
excuse about my awful grammar
g'night !