Minggu, 30 Agustus 2009

i'll never let this go | part 6

"apa yang kau lakukan di sini, dasar bodoh !", kata Alice membentakku, dan menepuk pipiku, tangannya dingin.

"Alice, maafkan aku... em... aku... itu... aku, sepertinya... melindur. seperti... em... jalan sambil tidur, begitu... haha...", kataku berusaha meyakinkannya walaupun aku juga tidak yakin. "ng.. atau mungkin... la..ri ?", kataku terdengar sangat tidak yakin. sekaligus tidak enak dengan Alice.

"Hanaaaa, kau ini...", katanya sambil merosot duduk di depanku. "kukira tadi kau sudah mati ! dasar ! jangan membuatku kaget seperti ini, dong. memangnya ada di mana rumahmu ?"

"itu, di sana. dekat kok.", kataku sambil menunjuk rumah mungil di ujung jalan. "hehe."

"kuantar, ya.", katanya sambil berdiri dan menarik tanganku.

"ah, tidak usah. dekat kok, tidak perlu. lagipula, ini kan sudah malam. kau tidak pulang ?", tanyaku menyadari hal yang bisa membuat Alice berhenti menarikku. dia diam.

"hm... sebenarnya...", katanya setelah agak lama terdiam dengan wajah tidak yakin.

akhirnya kami berdua ke rumahku setelah Alice bercerita kalau dia ingin menumpang menginap karena di rumahnya sedang ada sesuatu. dan aku senang Alice di sini. setidaknya aku punya teman mengobrol saat aku sedang menghadapi traumaku. semenjak aku masuk SMA, aku tidak lagi mengetuk jendela kamar Rei untuk bercerita. itu akan sangat mengganggunya. terlebih saat akhirnya dia mempunyai seorang pacar. dan dengan adanya Alice, aku sedikit terbantu.

"ayo masuk," kataku pada Alice. "maaf, rumahku kecil."

"iya, terima kasih. rumahmu indah.", jawab Alice menerawang.

"siapa itu ?", tanya seseorang keluar dari kamar, yang ternyata adalah ibu.

"ibu. jahat sekali, ibu ini. ibu tidak mengunci pintu lagi ! aku berlari sampai taman, tahu.", protesku memberengut. "untung Alice menemukanku.", aku protes sampai lupa memperkenalkan Alice dan baru sadar saat melihat wajah ibuku menjadi kebingungan.

"Alice ?", tanyanya sambil melayangkan pandangannya ke Alice.

"ah, iya, ini Alice. kami bertemu tadi siang dan berkenalan. oh, Alice, perkenalkan ini ibuku, Jenna. ibu, ini Alice." kataku memperkenalkan mereka berdua.

"aku Alice..", kata Alice ramah

"Jenna, ibu Hana.", kata ibuku tersenyum. tapi langsung berubah ketika menatapku. "Hana, kau berlari ?! aku lupa mengunci pintu lagi ? kau tidak apa apa ? kedinginan tidak ?", kata ibuku sambil memegangi bahuku. "ah, em, Alice, teman Hana ?", tanya ibu

"eh, iya. teman Hana."

"hei, Hana, aku tidak peduli kau dari mana dengan siapa tadi tapi siapa gadis cantik yang namanya juga cantik ini ? ada perlu apa di rumah kita ?", ibu berbisik kepadaku.
awalnya aku merasa tidak yakin, tapi akhirnya aku beritahu apa maksud Alice datang ke sini.

"ng ibu, Alice sepertinya sedang tidak punya tempat untuk tinggal malam ini dan besok. boleh kan dia menginap di sini ? kumohon." kataku memohon kepada ibu. kelihatannya ibu berpikir dulu sebelum menjawab. kadang dia suka sok serius.

"em, boleh saja, tapi memangnya apa yang terjadi di rumahmu, Alice ?" kata ibu

"ah, rumahku... sedang tidak beres.", jawab Alice dengan wajah sedih.

"baiklah, Alice boleh menginap di sini 2 hari. tapi setelah itu selesaikan masalah di rumahmu ya. bukan maksudku kau tidak boleh menginap di sini lebih lama. hanya saja kau tidak boleh terus lari dari masalah. kau harus menyelesaikannya, mengerti ? kalau mau bicara, bicara saja kepadaku, atau Hana. kapan saja boleh.", kata ibu sambil tersenyum. "nah, sekarang... tidur saja di kamar Hana. aku mau kunci pintu dulu.", kata ibuku sambil berjalan ke arah pintu.

"ayo, Alice...", kataku mengajaknya ke kamar. di kamarku, Alice berganti baju dengan baju tidurku. karena Alice memakai sequin dress dan leather jacket. mana mungkin tidur dengan baju seperti itu. walaupun itu membuatku bertanya tanya juga. apa yang habis ia lakukan ya. dan untungnya ukuran baju kami sama. walaupun Alice lebih tinggi.
kami duduk duduk di tempat tidur yang memang berada di lantai.


~*~*~okeeeh, udahan dulu ah. capeeek !!! XDD~*~*~
kalo ada yg mau ditanya, tulis komen aja ya. ato ngga add facebook rani (anagkechil@msn.com)
ato twitter (pararanran)
*berasa kaya penulis beneran :P*

bye
-ran-

Kamis, 27 Agustus 2009

i'll never let this go | part 5

Hana's P.O.V

aku bermimpi sedang berada di padang rumput. bersama ayah. ayah.. aku rindu ayah. aku mulai berlari lari bersama ayah di padang rumput yang hangat. tapi saat menyadari hawa mulai dingin, aku mulai mencari baju hangatku -lengkap- dan memakainya seketika. aku berlari lagi mengejar ayah. tapi cuaca tiba tiba berubah. mulai dri angin dingin yang kencang, lama lama pandanganku kabur. salju. iya. salju yang membuat pandanganku menjadi kabur dan lama lama ayah menghilang ditelan salju.

merasa lelah, aku putuskan untuk duduk dan menangis. dingin sekali rasanya. saking dinginnya sampai aku tidak yakin ini nyata atau mimpi. aku menangis dan menangis. sampai ada suatu suara yang sangat merdu memanggilku
"Hana, Hana..." katanya.

nadanya cemas sekali. ooh, mungkin dia malaikat yang akan membawaku ke tempat ayah. tapi aku bingung, apakah kulit malaikat sangat dingin ?

akhirnya dengan susah payah aku mencoba membuka mata. pelan pelan pandanganku kabur karena air mata.

seseorang yang kukira malaikat itu masih memanggilku dengan cemas. kali ini dia hampir berteriak dan menepuk nepuk pipiku. menampar mungkin kata yang lebih tepat.
"Hana ! Hanaaa !!! bangun ! Hana !!", katanya lagi.

setelah mataku bisa membuka, walau terhalang air mata, aku semakin yakin kalau dia adalah malaikat. karena wajahnya yang sangat cantik. tapi entah mengapa, wajah itu terlihat familiar. sekarang dia tersenyum tidak percaya kepadaku. seakan akan akulah malaikat itu. takjub melihatku, dia memelukku.

"Hana, ayo bangun. kau sudah bangun, kan ?" katanya sambil memelukku. walaupun tubuhnya sangat dingin, tapi aku bisa merasakan kehangatannya sedikit.

"mmhh...", susah payah aku menghapus air mataku dan terbelalak kaget dengan wajah orang yang (tadinya) kusangka malaikat itu.
"Alice ?!", kataku nyaring

"Hana, untunglah masih hidup.", katanya memelukku lagi.

"apa yang kau lakukan di sini ?", tanyaku heran

"well, biar kupikirkan. memangnya itu kalimat siapa ? tentu saja AKU !", katanya sambil menunjuk dirinya dan memasang wajah garang. sesaat aku melihat keadaan sekeliling. astaga, aku sedang tidak berada di kamarku. aku sedang di taman. aku sedang duduk, well. TIDUR di ayunan. rupanya aku tidur berjalan lagi. padahal kebiasaan itu kukira sudah hilang 5 tahun lalu. lagipula ini pertama kalinya aku keluar di malam musim dingin. untungnya mimpiku membuatku memakai pakaian lengkap. jangan jangan, aku tadi bukannya berjalan, tapi... BERLARI ? OH TIDAK !

YEAH !!!! JUST WAIT ;p

Jumat, 07 Agustus 2009

i'll never let this go | part 4

Alices POV

Aku menelepon Hana berkali kali semenjak dia terakhir kali mengangkat teleponku. Tapi handphone-nya masih saja mati. Sekarang jam 2 pagi, aku tetap tidak tahu harus pulang ke mana. Yang pasti aku tidak mau pulang ke rumahku di mana ada kakek tua brengsek itu malam ini.


Mungkin aku bisa pulang ke rumah sekitar jam 9 saat kakek tua itu sudah menyibukkan dirinya di kantornya yang berbau sampah itu. Aku hanya tidak suka dengan bau parfumnya yang menyengat itu. Jadi seringkali kukomentari bau parfumnya seperti bau sampah. Tapi dia malah memukuliku sampai biru biru. Selain brengsek dia juga sakit jiwa. Apa dosaku ya punya ayah seperti dia ?


Aku masih belum bisa menemukan tempat untukku malam ini. Walaupun pakaianku cukup tebal tapi tetap saja aku merasa kedinginan. Dan lagi, toko toko kebanyakan sudah tutup. Jadi aku tidak bisa masuk untuk merasakan penghangat di dalam. Ada bar yang masih buka, tapi siapa yang mau masuk ke tempat seperti itu ? salah salah nanti aku malah jadi pelacur. Aku kan cantik. Setidaknya begitu kata ibuku.

Aku masih berjalan kedinginan dan kelaparan. Tidak ada toko yang masih buka sekarang. Aku mencoba mengingat ingat kejadian tadi siang. Sepertinga Hana, Riri dan Rei masih SMA. Tapi ketiganya sekolah di SMA yang berbeda. Karena aku melihat mereka memakai badge SMA yang berbeda. Kecuali Rei. dia tidak memakai badge apa-apa.Yang kuingat dan aku tahu letaknya hanyalah SMA Hana, yang kebetulan dulu adalah sekolahku juga. jadi kuputuskan untuk ke sana saja. Siapa tahu masih ada guru yang tinggal. Daripada mati konyol karena kedinginan di sini. Pikirku.

Saat sampai ke SMA Hana dan juga SMA-ku, jangankan mengharap ada guru yang masih tinggal, melihat bangunan kosong itu dari luar saja aku sudah merinding. Bangunan sekolah yang dicat warna putih, dengan lampu lampu yand dimatikan dan dikelilingi dengan taman dengan pohon yang lebat. Lebih baik aku mati di jalanan daripada mati bertemu hantu. Pikirku lagi.


Akhirnya aku berjalan terus sampai ke taman dan kulihat ada seseorang yang menaiki ayunan. Sepertinya itu wanita. Karena kulihat rambutnya panjang dan bertubuh mungil. Serta memakai rok. Yang terakhir ini tidak bisa dipungkiri rasanya.

Serta merta aku ingin tahu dan mendekatinya. Saat berada cukup dekat dengannya dan bisa melihat wajahnya, aku kaget bukan main dengan apa yang kulihat. Wanita itu walaupun berpakaian lengkap tapi dia sedang tidur. Di taman terbuka di cuaca sedingin ini


Hana ?!. kataku dengan mata membelalak. Kaget.