Sabtu, 18 April 2009

fiction story - (untitled) | part 5

aku sepertinya sedang tidur sekarang, karena aku bermimpi. aku bermimpi melihat ayah, seperti biasanya, di saat seperti ini aku sangat merindukan ayah yang sudah 5 tahun lalu meninggal dunia. aku rindu saat aku masih bisa bermain di pundaknya. sudah lama sekali ya. aah, aku jadi teringat lagi.
tapi lebih penting dari itu aku juga memimpikan sesuatu, aku melihat Jane, malam malam. apa yang sedang dilakukannya ? aku juga melihat diriku sendiri, dengan jarak beberapa meter darinya yang sedang menuju tempat Josh dan kawan kawan di samping gang kecil, aku bersembunyi di belakang tembok. mimpi itu seperti film jaman dahulu yang tidak ada suaranya.
aku bisa melihatnya, Jane, berciuman dengan Josh. aku bisa melihatnya, Jane kelihatan bahagia. aku kelihatan sangat syok di mimpiku sendiri. aku bisa melihatnya, lalu Jane meninggalkan Josh dan kawan kawan. sepertinya hanya pergi untuk membeli sesuatu. entah apa itu. tapi entah terlalu senang atau bagaimana, aku melihat Jane menyeberang tanpa melihat kanan kiri, dan sebuah truk yang berukuran sedang hampir saja menabraknya sampai aku melihat diriku sendiri melompat untuk mendorong Jane. aku bergidik melihatnya, Jane selamat. tapi aku mendapati diriku sedang bermandikan darah.

saat aku bangun, aku berteriak tanpa suara. suasana masih gelap. makin menambah rasa takut yang mendera tubuhku. tidak sanggup berteriak sekarang, aku menangis. aku menangis. mencoba mengeluarkan suara, tapi tetap tidak terdengar apapun. aku benci kesunyian. aku tidak bisa memecahkannya sekarang. ibu ada di samping tempat tidurku, memegangi tanganku, tapi aku tidak bisa membangunkannya, suaraku tetap saja menyebalkan di saat yang tidak tepat seperti sekarang.

aku tidak bisa tidur, saat aku melirik jam dinding, ternyata masih jam 2 dini hari. aku mau menonton tv, mungkin saja disney channel atau mtv masih ada jam tayang. tapi aku bahkan tidak bisa mencapai remote tv-nya, jadi aku mengambil laptop-ku yang untungnya berada tepat di samping tempat tidurku. aku membukanya, melihat folder foto-fotoku. aku begitu terkejut saat mendapati banyaknya foto aku bersama dengan Jane di situ. aku kaget, tapi tidak merasa heran. entah kenapa. perasaanku seperti mengatakan "ini sudah seharusnya"

aku bingung, setelah mendapat mimpi itu, entah kenapa seperti aku memang sudah pernah mengalaminya. ataukah memang pernah ? Jane juga berkata kalau kecelakaanku diakibatkan oleh aku menolongnya. mungkinkah mimpi itu nyata ?
aku tidak yakin, tapi jauh di dalam hatiku.. aku ingin meyakininya

*lagi mumet, entar nyambung lagi dah

Jumat, 17 April 2009

fiction story - (untitled) | part 4

"aku ?", kata Jane.

"ya, kau.",

"oh, aku teman sekolahmu. kita sekelas dan duduk bersama di beberapa kelas.", jawabnya

"oh," jadi Jane adalah teman sekolahku ? bagaimana bisa aku tidak ingat ? aku ingat Rosie, Alyssa, Hayley, Joe, Ryan, semuanya aku ingat. entah kenapa aku hanya tidak ingat yang satu ini. namun aku juga merasa tidak asing dengan nama Jane. aku juga tidak tahu. karena ketika aku mencoba mengingatnya lagi-lagi aku merasa sakit kepala.

"jadi, Giselle, kau berhasil menemukanku di memorimu ?", katanya sambil tersenyum. dia memang cantik sekali.

"hmm." jawabku sambil menggeleng. "nggh, Jane, boleh aku bertanya ?"

"apa itu ?"

"kenapa aku bisa ada di sini ?". kataku

"kau mengalami kecelakaan." jawabnya

"bisa kau ceritakan padaku serinci-rincinya ?"

"well, kau mengalami kecelakaan yang lumayan parah. kau tidak sadarkan diri selama 8 hari. aku ingat itu, kau kehilangan banyak darah. untungnya darahmu sama denganku, jadi aku mendonorkannya kepadamu." oh, jadi karena itu dia terlihat seperti kekurangan darah ?
"kau mengalami kecelakaan saat menyelamatkanku,". katanya, wajahnya terlihat frustasi.

"ah.." aku terkejut, sedekat apakah aku dengannya sampai aku mengalami kecelakaan parah untuk menyelamatkannya

"hei, bagaimana kalau kita membicarakan hal lain ?", katanya

"baiklah." aku setuju saja

"kau mau membicarakan apa ?", tanyanya

"siapa pacarmu ?". aku tidak suka basa basi jadi langsung saja, sebenarnya aku juga penasaran tentang itu. masa gadis secantik Jane tidak punya pacar ? kalau aku, yah. aku tidak heran. dengan cara sikap dan berpakaian yang itu itu saja, para laki laki juga sepertinya hanya menganggapku teman biasa sekali. yah, kecuali satu orang... ah sudahlah.

"aah..." wajahnya bersemu merah sekarang. ih, sebal. kenapa dia bisa secantik itu sih ?

"bilang saja, mungkin aku kenal."kataku

"pacarku itu.. mm... diaa... Josh." katanya setelah malu-malu

"apa ?!" aku spontan berteriak, sepertinya sangat keras, sekarang Jane menatapku dengan mata terbelalak "kau berpacaran dengan Josh ?!!", Josh.. oh tidak.. kumohon, bilang tidak !!

"Giselle, ada apa denganmu ?"

"kau tidak berpacaran dengan Josh kan ?! aku pacarnya !! kau tahu itu ?!"

Jane membelalakkan mata tidak percaya
"tapi Giselle, kau sudah putus dengannya lebih dari setahun yang lalu ! kau sendiri yang bilang padaku !"

uuukh, kepalaku pusing... sakitt

"Giselle, Giselle kau tidak apa-apa ? maafkan aku tadi membentakmu." katanya setelah melihatkku kesakitan dan memegangi kepalaku

"keluar...", kataku

"Giselle... ?"

"KELUAR ! AKU TIDAK MAU MELIHATMU ! KELUAR SEKARAAANG !!!!". aku berteriak sekuat tenaga, tapi bisa kulihat kepalaku berkunang kunang, kamar rumah sakit ini makin terang, sesaat kemudian aku tahu aku sudah tidak sadarkan diri.

*masih ada part 5 -___-
capek

Rabu, 15 April 2009

fiction story - (untitled) | part 3

dugaanku sepertinya benar. dokter masuk ke ruangan dengan muka tegang, sedangkan aku bisa melihat ibu sedang memeluk gadis asing itu.

dokter berkata "nak, aku kira kita harus memulai beberapa pemeriksaan", ah, sudahlah, terserah. aku makin bingung sekarang. "karena sepertinya ada yang tidak beres di kepalamu". apa ?! aku kenapa ?!

"iya, baiklah" aku menjawab

"baiklah kalau begitu, beritahu aku kalau kau sudah siap."

"hmm.." aku hanya mengangguk saja.

tidak lama kemudian ibu dan gadis itu datang lagi. ibu tetap saja kelihatan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. yah, seperti kataku, dia kesulitan mempercayai penglihatannya.
jadi dia memperkenalkan aku dengan gadis itu

"beritahu dia namamu, sayang." katanya pada gadis itu

"namaku Jane." kata gadis itu, sambil mengulurkan tangannya

"aku Giselle". sahutkku sambil menyambut tangannya.

"aku sudah tahu." jawabnya, sekarang sedikit senyum tersungging di wajahnya.

sebenarnya kalau benar benar diperhatikan, gadis itu, ah tidak. Jane sangat cantik. kecuali karena kantung matanya yang membuat wajahnya seperti tertarik ke bawah dan wajahnya yang pucat campur syok, karena sepertinya dia sangat menanti kesadaranku dan aku malah tidak mengenalinya. rambut hitamnya yang dibiarkan tergerai dan sedikit bergelombang, yang walaupun sedikit kusut tetap terlihat mengilat di bawah sinar matahari pagi yang menemus jendela rumah sakit di tembok yang putih. rambutnya indah sekali, beberapa ujungnya dibiarkan memiliki warna yang lebih terang hampir pirang. beda sekali denganku yang walaupun sudah memakai produk perawatan rambut dan pergi sering sekali ke salon, tapi rambutku tetaplah rambut merah yang kaku.
cara berpakaiannya juga menarik. t shirt bergambar grup band paramore, celana jins selutut, ditambah rompi panjang dan sepatu oxford. sangat bertabrakan tapi dinamis. entah bagimana aku merasa seperti ingin seperti itu. aku ingat cara berpakaianku yang hanya berupa gaun berenda setiap hari karena memang hanya baju seperti itu yang kupunya. dan tentu saja, sepatu ala mary-jane. aah, Jane. itu nama gadis itu kan ?

sekarang Jane menatapku lama sekali. seperti mengirim telepati padaku. tapi aku tidak menerimanya. aah...

ibu akhirnya meninggalkan ruangan meninggalkan suasana tegang. itulah keahliannya.

Jane duduk di sampingku
"bagaimana kabarmu ?." katanya

"aku lumayan." kujawab sebisaku

"kelihatannya kau baik."

"yah, aku merasa lebih sehat." aku mengakui

"syukurlah. maaf Giselle, apa kau benar benar tidak mengenalku ?" dia bertanya

aku menggeleng

"oh, sudahlah, kita akan berteman kan ? tidak peduli apa yang terjadi antara kita di masa lalu ?"
oh, memangnya ada masalah apa ? aku yakin tidak sepele sampai aku harus berbaring di rumah sakit konyol ini !

"yea. baiklah. well, kau berasal dari mana ?"

*tunggu part 4 yaaa

fiction story - (untitled) | part 2

aah, gadis itu menangis keras sekali, wajahnya terlihat lelah, aku jadi merasa bersalah.
ibu pun sepertinya makin membelalakkan matanya, kaget melihat reaksiku, dan walaupun sedikit, aku bisa melihat sorot jijik dari matanya, sepertinya dia beranggapan tidak seharusnya aku berbuat begitu terhadap gadis asing itu. tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi.

"Giselle, kau benar benar tidak ingat siapa dia ?", kali ini entah kenapa ibuku memakai kata "ingat", bukan "mengenal". apa mungkin aku memang mengenalnya, tapi tidak bisa mengingatnya ? mungkinkah sekarang aku berada di sini karena kecelakaan yang menyebabkan aku tidak bisa mengingat siapa gadis itu ? aku tidak mengerti. setiap kali mencoba mengingat hal yang mungkin bisa kuingat kepalaku terasa sakit. sakit sekali. seperti menolakku memberikan respon yang kuharapkan.

"ibu, siapa gadis ini ?", aku mulai memberanikan diri bertanya lagi

tanpa kuduga, gadis itu malah menjauh dariku, menangis, dan menutupi wajahnya, lalu berkata
"tidak, ini salahku, tidaaaak !"

apa maksudnya coba ? aku makin bingung dibuatnya.
ibu menghampiri gadis itu dan membisikkan sesuatu padanya. yang membuatnya, yah setidaknya berhenti berteriak dan meninggalkan ruangan. di ambang pintu dia masih menoleh ke arahku. huh. aku benar benar bingung sekarang !

"tunggu sebentar di sini bisa kan ? aku akan memanggil dokter dulu ya", ibu terlihat menguasai perannya, tapi aku mengangguk saja. hanya menunggu bukan sesuatu yang berbahaya kan. lagipula, mungkin saja dokter bisa memberikan aku jawaban kenapa hal ini terjadi. semoga saja.

dokter dan ibu tiba di kamarku, kamar rumah sakitku.

"biar kuperiksa kau". dokter itu bilang sambil memasukkan stetoskop yang dingin meraba bagian dadaku.
"hmm, kau sehat nak.", ujarnya sambil tersenyum. halo dokter ? kalau aku sehat kenapa aku masih berada di sini dan kepalaku pusing ?
"bagaimana rasanya ?", dokter itu mulai lagi

"apanya ?", jawabku

"keadaanmu."

"oh, yaa. lumayan, hanya saja aku masih sedikit sakit kepala."

"oh, nanti itu juga akan sembuh." dokter itu kini menjawabnya dengan ringan sekali, seakan akan aku hanya mengidap sakit kepala biasa yang bisa disembuhkan dengan cara meminum obat yang banyak dijual di passaran. walaupun sebenarnya aku mengharapkan itulah yang sebenarnya terjadi padaku.

"dokter, aku harus bicara denganmu.", ibu tiba tiba bersuara setelah sekian menit ia berdiri kaku di sebelah sofa

"baiklah, silakan bicara.", dasar dokter aneh, tidak mengerti arti pernyataan ibuku

"tidak di sini, bisakah kita berbicara di luar ? agar pembicaraannya sedikit lebih santai.", walaupun wajah ibu tidak menunjukkan perasaan santai sama sekali. dan aku yakin ibu pasti akan membicarakan masalahku tadi. yang tidak bisa mengingat gadis itu. aah... firasatku tidak enak.

to be continued :D

Selasa, 14 April 2009

fiction story - (untitled)

saat aku tersadar, ternyata aku sudah berada di ruangan terang benderang dengan sesuatu yang kelewat banyak menurutku, menusuk nusuk kulitku.
mataku kabur, sangat terang di sini. setelah bisa menyesuaikan penglihatanku, ternyata aku sedang berada di kamar sebuah rumah sakit yang familiar, karena sebegitu seringnya aku keluar-masuk rumah sakit ini.
di sofa di pojok ruangan ada ibu yang sedang tidur. kelihatannya wajahnya sangat lelah. aku sedikit terkejut dengan keadaan ini. pasti ibu langsung menuju ke sini sehabis dari kantornya.
karena tangan kananku tidak bisa kugerakkan sembarangan. oleh suatu hal yaitu ternyata yang terasa menusuk itu jarum infus.
jadi aku mencoba menggerakkan tangan kiriku. aku tersentak, tangan kiriku tidak bisa digerakkan. seperti mati rasa, padahal biasanya kalau sedang kesemutan atau kram aku masih bisa menggerakkan tanganku.
dengan susah payah aku mencoba melihat ke arah tangan kiriku, sambil berharap semoga bukan kelumpuhan yang menyebabkan aku tidak bisa menggerakkan tanganku.
ah, benar saja. ada seorang perempuan. sebaya denganku, tidur dengan menindih tangan kiriku sampai mati rasa.
aku tidak kenal perempuan itu.
siapa dia ?
setelah merasa cukup kuat, aku pun mulai menggerakkan tangan kiriku sekali lagi, dan berhasil !
gadis itu pun bangun dan mengangkat kepalanya dari tanganku.
setelah melihat wajahnya pun aku masih tidak mengenalnya.
sebenarnya siapa gadis asing ini ?
tapi entah kenapa, tidak ada rasa takut yang melanda saat melihat wajahnya.
tidak seperti aku melihat orang asing lainnya, bahkan orang yang bertemu denganku di taman. aku merasakan ketakutan walau sesaat, tapi, terhadap gadis ini. tidak sama sekali.

gadis itu masih setengah memjamkan matanya, raut mukanya seperti orang baru pesta semalam suntuk lalu digigit vampir. seperti orang kekurangan darah.

dia menguap dan melihat ke arahku, sesaat dia menyeringai lebar dan memelukku

"Giselle !!!", katanya.. yang entah kenapa dia tau namaku ?

aku tidak bisa bernapas sekarang, aku ingin menyuarakannya tapi suaraku tidak mau keluar, yang ada malah suara parau yang tidak sesuai dengan umurku.
sepertinya karena teriakan itu ibuku juga iku terbangun, dan setelah gadis asing itu melapaskan pelukannya, sekarang ibuku yang mulai mencoba membunuhku

"Giselle, kamu sadar sayang ?", begitulah ibuku, kurang bisa mempercayai penglihatannya sampai harus bertanya terlebih dulu.

"iya, bu", walaupun masih sedikit terdengar parau, suaraku keluar

"oh, syukurlah, terima kasih Tuhan", aku kira dia menangis waktu mengucapkannya

gadis itu mulai lagi, matanya berkaca kaca sekarang dan berkata
"Giselle aku sangat mengkhawatirkanmu", yaah, setidaknya jika ia berakting, aktingnya sangat bagus dan entah kenapa ibuku sepertinya kenal dengannya.

aku tidak tahu harus berkata apa, karena aku tidak pandai berbohong, jadi kukatakan saja yang sebenarnya. aku mencoba mencari cara agar setiap kata yang keluar dari mulutku tidak akan terlalu menyakitinya, tapi kalimat yang keluar malah
"kau siapa ?"

ibu membelalakkan matanya dan tiba tiba berhenti menangis,
tapi gadis itu malah terlihat seperti ingin menumpahkan air mata hingga bisa membanjiri seisi kamar ini, ah tidak, seisi rumah sakit malah.
aku jadi merasa bersalah karena seperti yang kuduga, dia menangis.

tapi aku benar benar tidak kenal siapa gadis itu ?

*to be continued :P

aku kangen blog ini

kangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen